Mulai menurunnya kasus COVID-19 di seluruh dunia dan dengan harapan agar pandemi ini segera berakhir. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) malah kembali menerima laporan mengenai kasus penyakit cacar monyet (monkeypox) dari negara-negara yang bukan merupakan wilayah endemis.
Saat ini, penyakit cacar monyet telah menyebar ke 12 negara yang termasuk dalam tiga wilayah WHO, yakni wilayah Eropa, Amerika, dan Western Pacific.
Situasi ini tentu saja menimbulkan kekhawatiran bagi kalangan para pengambil kebijakan kesehatan seluruh dunia.
Meskipun cacar monyet jarang terjadi, ketika terjadi, dampaknya dapat sangat berbahaya. Kita akan membahas penyebab, gejala, penularan, serta upaya pencegahan dan pengobatan cacar monyet secara rinci.
Daftar Isi
Cacar monyet, atau variola simian atau Monkeypox dalam bahasa Inggris, adalah penyakit yang penyebabnya karena virus cacar monyet. Penyakit ini pertama kali diidentifikasi pada tahun 1970 di Republik Kongo.
Monkeypox mirip dengan cacar manusia, tetapi lebih ringan dalam kasusnya. Meskipun demikian, infeksi monkeypox dapat mengakibatkan gejala yang serius pada manusia.
Virus cacar monyet merupakan anggota dari genus Orthopoxvirus dalam keluarga Poxviridae. Dalam genus Orthopoxvirus, terdapat virus lain. Seperti virus variola (penyebab penyakit cacar), virus vaccinia (yang digunakan dalam vaksin cacar), dan virus cacar sapi.
Penyakit cacar monyet adalah salah satu penyakit yang dapat menular dari hewan primata, seperti monyet, kepada manusia. Cacar monyet adalah contoh yang menarik dari zoonosis, yaitu penyakit yang dapat menular dari hewan ke manusia.
Penyebab cacar monyet ialah virus Monkeypox yang termasuk dalam keluarga Orthopoxvirus. Virus ini adalah saudara dari virus cacar manusia (Variola virus) dan virus vaccinia.
Manusia dapat terinfeksi dengan virus Monkeypox melalui kontak langsung dengan hewan yang terinfeksi, terutama monyet, tikus, dan kelinci.
Virus ini dapat menular dari hewan primata ke manusia melalui kontak langsung. Pemakaian obat-obatan yang mengandung bahan dasar hewan primata juga dapat menjadi sumber penularan.
Namun, cacar monyet tidak umumnya menular dari manusia ke manusia, kecuali melalui kontak fisik yang intens.
Pada manusia, gejala penyakit cacar monyet menunjukkan kesamaan dengan gejala cacar air, meskipun dalam intensitas yang lebih ringan. Gejala ini pada awalnya muncul demam, sakit kepala, nyeri otot, dan rasa kelelahan.
Salah satu perbedaan utama antara gejala cacar air dan cacar monyet adalah bahwa penyakit cacar monyet dapat menyebabkan pembengkakan pada kelenjar getah bening (limfadenopati), yang tidak terjadi pada cacar air.
Masa inkubasi cacar monyet biasanya berlangsung selama sekitar 6 hingga 13 hari, tetapi kadang-kadang dapat mencapai 5 hingga 21 hari.
Gejala cacar monyet pada manusia termasuk:
Gejala-gejala ini sering kali mirip dengan gejala cacar manusia, meskipun biasanya lebih ringan. Cacar monyet memiliki tingkat kematian yang lebih rendah dari pada cacar manusia, tetapi dapat menjadi serius terutama pada individu dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah.
Biasanya cacar monyet muncul dalam bentuk bintik-bintik merah yang berkembang menjadi lepuh yang berisi cairan. Lepuh ini dapat dengan cepat berubah menjadi kerak dan mengelupas.
Seringnya penyakit cacar monyet mirip dengan cacar air, tetapi penyebab infeksi keduanya oleh virus yang berbeda. Cacar air oleh varicella-zoster, sementara cacar monyet oleh virus cacar monyet. Selain itu, cacar air jauh lebih umum dan lebih menular daripada cacar monyet.
Penularannya dari hewan ke manusia melalui kontak langsung dengan darah, lendir, atau cairan tubuh hewan yang terinfeksi, terutama melalui gigitan atau goresan.
Selain itu, manusia juga dapat tertular cacar monyet melalui kontak dengan benda-benda yang terkontaminasi oleh virus Monkeypox, seperti pakaian atau alat-alat yang telah terkontaminasi oleh hewan yang terinfeksi.
Virus juga dapat menyebar melalui plasenta dari ibu hamil ke janin. Penularan virus cacar monyet pada manusia dapat terjadi melalui beberapa jalur, termasuk gigitan atau cakaran hewan yang terinfeksi, penanganan atau pemrosesan hewan buruan, serta penggunaan produk yang berasal dari hewan yang terinfeksi.
Selain itu, virus dapat menyebar melalui kontak langsung dengan cairan tubuh atau luka pada individu yang terinfeksi, atau melalui bahan yang telah terkontaminasi dengan cairan tubuh atau luka, seperti pakaian atau linen.
Cacar monyet juga dapat menular dari manusia ke manusia melalui kontak langsung dengan luka infeksi, koreng, atau cairan tubuh yang berasal dari individu yang terinfeksi.
Juga penyakit ini juga dapat menyebar melalui droplet pernapasan ketika terjadi kontak yang berkepanjangan dengan penderita.
Berbagai jenis hewan telah diidentifikasi sebagai rentan terhadap infeksi virus cacar monyet, meskipun sejarah alaminya masih belum sepenuhnya dipahami. Sampai sekarang, reservoir spesifik dari virus ini belum mengetahui, sehingga masih butuh penelitian lebih lanjut.
Meskipun namanya “cacar monyet,” namun monyet bukanlah reservoir utama dari penyakit ini.
Pencegahan cacar monyet melibatkan tindakan yang mirip dengan pencegahan penyakit menular lainnya, seperti mencuci tangan secara teratur, menghindari kontak dengan hewan yang berpotensi terinfeksi, dan menggunakan alat pelindung badan jika perlu.
Vaksin cacar manusia juga dapat memberikan perlindungan parsial terhadap cacar monyet, meskipun efektivitasnya masih dalam penelitian.
Pengobatan cacar monyet biasanya bersifat suportif, dengan fokus pada meredakan gejala seperti demam dan ruam. Dokter kulit mungkin juga meresepkan obat antivirus untuk membantu mengurangi intensitas infeksi.
Perawatan medis dapat membantu mengurangi gejala dan mempercepat proses penyembuhan. Namun biasanya penyakit ini akan sembuh dengan sendirinya dalam beberapa minggu.
Meskipun kasus cacar monyet masih relatif langka di seluruh dunia, penularan penyakit ini telah tercatat di berbagai negara, termasuk Amerika Serikat, Inggris, Nigeria, dan negara-negara di Afrika Barat dan Tengah. Pada beberapa wilayah, cacar monyet menjadi ancaman kesehatan masyarakat yang signifikan.
Penyebaran cacar monyet seringkali berkaitan dengan perdagangan hewan eksotis, seperti monyet, yang menjadi tuan rumah virus Monkeypox. Hewan-hewan ini sering berasal dari wilayah penyakit ini endemik, dan mereka dapat menjadi sumber infeksi bagi manusia yang berinteraksi dengan mereka.
Oleh karena itu, pengawasan ketat terhadap perdagangan hewan eksotis adalah kunci untuk mencegah penyebaran cacar monyet.
Upaya penelitian terus dilakukan untuk mengembangkan vaksin khusus untuk cacar monyet. Beberapa vaksin eksperimental telah muncul, dan uji coba klinis sedang berlangsung untuk menilai efektivitas dan keamanannya.
Pengembangan vaksin ini akan menjadi langkah penting dalam upaya pencegahan dan pengendalian penyakit ini, terutama di daerah yang rentan terhadap infeksi cacar monyet.
Dengan upaya bersama, kita dapat mengurangi risiko penularan cacar monyet dan melindungi kesehatan masyarakat secara keseluruhan. Penting untuk selalu mengikuti pedoman kesehatan dan keamanan yang dikeluarkan oleh otoritas kesehatan lokal dan global untuk melindungi diri dan orang-orang di sekitar kita dari penyakit menular ini.
Sumber: