Di Indonesia, penyakit HIV dan sifilis semakin meningkat signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Menurut data dari Kementerian Kesehatan Indonesia, jumlah kasus HIV pada tahun 2020 mencapai 35.552 kasus, meningkat dari 29.790 kasus pada tahun 2016. Sedangkan untuk kasus sifilis, pada tahun 2020 terdapat 272.594 kasus, meningkat dari 133.282 kasus pada tahun 2016.
Daftar Isi
Jumlah keseluruhan kasus HIV di Indonesia mencapai 519.158 pada Juni 2022, tersebar di beberapa wilayah, diantaranya:
Kedua penyakit ini dapat menyebar melalui:
HIV dan infeksi sifilis dapat menyebabkan masalah kesehatan serius dan dapat menyebabkan kematian jika tidak diobati dengan benar.
Tahun 2023 ini kasus infeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus) juga mengalami peningkatan kasus berdasarkan sumber data yang kami peroleh dari situs kemenkes. Ibu rumah tangga menjadi kasus tertinggi untuk infeksi penyakit HIV, yaitu sebesar 35%. Lebih tinggi dibandingkan kasus HIV pada pekerja seks atau kelompok man sex with man (MSM).
Dari data ini menjadi peningkatan sumber kasus infeksi HIV baru sekitar 30% pada kelompok ibu rumah tangga dari suami ke istri atau bertambah sekitar 5.100 kasus setiap tahunnya. Oleh karenanya infeksi ini juga lebih rentan menyerang bayi karena tertular dari ibunya saat proses melahirkan atau menyusui. Karenanya pengobatan HIV ibu hamil ini sangatlah disarankan.
Sebanyak 45% bayi yang lahir juga dapat terinfeksi HIV dari ibu yang telah positif HIV. Untuk itu penularan penyakit ini sangat dikhawatirkan dan juga sangat rentan. Sehingga sangat disarankan untuk mengetahui cara mencegah atau segera menghubungi pihak kesehatan setempat.
Peningkatan kasus infeksi HIV tidak hanya terjadi pada orang dewasa saja. Anak dengan usia rentang 1 sampai 14 tahun juga mengalami peningkatan tiap tahunnya sekitar 700 sampai 1000 anak.
Tak hanya penyakit HIV, sifilis atau penyakit raja singa juga terus mengalami peningkatan kasus dalam tiap tahunnya. Ibu hamil dengan kasus sifilis berjumlah kurang lebih 5 juta dan hanya sekitar 25% yang diskrining sifilis. Hal ini menjadi penyebab penularan sifilis pada bayi yang menyebabkan cacat ketika lahir nanti.
Tahun 2022 kemarin, data infeksi sifilis sebanyak 20.783 kasus yang dilaporkan. Kemenkes menyatakan bahwa infeksi kasus sifilis terus mengalami peningkatan pada setiap tahunnya. Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir ini (2016 sampai 2022) saja peningkatan infeksi sifilis mencapai 70%.
“Untuk penyakit sifilis saja, dalam kurun waktu lima tahun terakhir (2016-2022) terjadi peningkatan kasus sebesar hampir 70 persen,” mengutip dari pernyataan Mohammad Syahril Juru Bicara Kemenkes dalam Konferensi Pers: Melindungi Anak dari Penularan Penyakit Seksual yang diikuti secara daring di Jakarta, Senin (8/5/2023).
HIV adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh dan dapat menyebabkan AIDS. AIDS adalah kondisi di mana tubuh tidak dapat melawan infeksi dan kanker dengan efektif. Beberapa orang dengan HIV mungkin tidak memiliki gejala sama sekali selama bertahun-tahun. Namun jika bergejala, gejala awal yang muncul adalah:
Sifilis adalah infeksi bakteri yang dapat menyebabkan luka dan ruam di seluruh tubuh, termasuk di daerah kelamin dan mulut. Beberapa gejala sifilis meliputi:
Dalam rangka mencegah penyebaran penyakit HIV dan sifilis di Indonesia, penting bagi semua orang untuk meningkatkan kesadaran tentang risiko dan cara mencegahnya. Kampanye edukasi dan promosi kesehatan harus ditingkatkan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang risiko penularan dan pentingnya melakukan tes secara teratur.
Semakin banyak orang yang mengetahui cara mencegah dan mengobati HIV dan sifilis, semakin rendah kemungkinan penyebaran penyakit tersebut di Indonesia. Oleh karena itu, sangat penting untuk menghindari hubungan seksual yang berisiko dan menggunakan kondom dengan benar dan konsisten untuk mencegah penyebaran penyakit ini.
Menghindari hubungan seksual yang berisiko adalah cara terbaik untuk mencegah penyebaran HIV dan sifilis. Jika Anda berhubungan seks, pastikan untuk:
Selain itu, pemerintah juga harus terus meningkatkan upaya dalam penanganan dan pengobatan HIV dan sifilis di Indonesia. Program-program seperti pencegahan melalui edukasi, peningkatan akses terhadap tes dan pengobatan, serta dukungan psikososial bagi penderita harus terus ditingkatkan dan didukung dengan sumber daya yang memadai.
Jika Anda memiliki gejala HIV atau sifilis atau merasa telah berisiko terkena penyakit tersebut, segera periksakan diri ke dokter kelamin terdekat atau klinik kesehatan terdekat. Semakin cepat Anda memeriksakan diri dan diobati, semakin baik hasilnya.
Selain itu, Anda dapat melakukan tes HIV dan sifilis secara rutin sebagai tindakan pencegahan. Tes HIV dapat dilakukan dengan mudah dan cepat di klinik kesehatan atau lembaga yang menyediakan layanan tes HIV. Sementara itu, tes sifilis dapat dilakukan melalui tes darah atau tes urin.
Penting untuk diingat bahwa HIV dan sifilis bukanlah kutukan atau stigma bagi seseorang yang terinfeksi. Semua orang berhak untuk mendapatkan akses terhadap informasi dan layanan kesehatan yang memadai dan terjamin kualitasnya. Penderita HIV dan sifilis juga berhak atas dukungan sosial dan psikologis dari keluarga, teman, dan masyarakat.
Dalam upaya mencegah penyebaran HIV dan sifilis, penting juga untuk menghilangkan stigma dan diskriminasi terhadap penderita. Stigma dan diskriminasi dapat menghalangi akses terhadap layanan kesehatan dan dukungan sosial yang sangat dibutuhkan oleh penderita.
Oleh karena itu, kita semua harus bekerja sama untuk menciptakan masyarakat yang inklusif dan mendukung penderita HIV dan sifilis.
Pemerintah dan masyarakat juga harus terus meningkatkan upaya dalam penanganan dan pengobatan penyakit ini serta menghilangkan stigma dan diskriminasi terhadap penderita. Dengan bekerja sama, kita dapat menciptakan masyarakat yang sehat dan inklusif bagi semua orang.
Sementara itu, sifilis dapat menyebabkan berbagai komplikasi seperti kerusakan organ tubuh, kebutaan, dan bahkan kematian jika tidak diobati dengan tepat.
Kedua penyakit HIV dan sifilis dapat menimbulkan komplikasi serius bagi kesehatan seseorang. HIV dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh sehingga penderita rentan terhadap infeksi dan penyakit lainnya.
Beberapa komplikasi HIV yang umum meliputi infeksi oportunistik, seperti:
Pada tahap akhir infeksi HIV, yang disebut AIDS, seseorang dapat mengalami komplikasi serius, seperti kanker yang lebih parah, infeksi serius pada sistem saraf, atau infeksi paru-paru yang berat.
Sementara itu, sifilis yang tidak diobati juga dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius, seperti:
Pada tahap akhir, sifilis juga dapat menyebar ke otak dan menyebabkan kerusakan otak permanen, kematian, atau masalah kesehatan mental yang serius.
Sementara itu, bagi orang-orang yang sudah terinfeksi HIV atau sifilis, pengobatan diperlukan untuk mengatasi penyakit ini. Pengobatan yang tepat dan konsisten dapat membantu memperpanjang umur dan meningkatkan kualitas hidup penderita. Oleh karena itu, sangat penting untuk segera mencari pengobatan jika Anda terdiagnosis terinfeksi HIV atau sifilis.
Dalam hal ini, pemerintah dan masyarakat perlu bersinergi dalam mencegah penyebaran HIV dan sifilis di Indonesia. Program-program seperti edukasi, peningkatan akses terhadap tes dan pengobatan, serta dukungan psikososial bagi penderita perlu terus ditingkatkan dan didukung dengan sumber daya yang memadai. Dengan begitu, kita semua dapat menciptakan masyarakat yang sehat dan inklusif bagi semua orang.
Untuk artikel ini, saya mengambil sumber dari beberapa institusi terkait seperti: