Mononukleosis – Penyebab Gejala dan Pengobatan
Mononukleosis atau demam kelenjar yang diakibatkan infeksi dari virus EBV (Epstein-Barr Virus). Orang-orang mengenal penyakit ini dengan nama“the kissing disease”.
Penularan infeksi virus ini melalui cairan tubuh seperti air liur, atau droplet yang keluar bersamaan saat seseorang yang terinfeksi sedang bersin dan batuk.
Walaupun infeksi mononukleusis ini tidak tergolong pada penyakit menular yang serius, tapi jika membiarkannya, gejala akan semakin parah tentunya akan mengganggu kehidupan sehari-hari orang yang terinfeksi.
Daftar Isi
Penyebab Infeksi Mononukleosis
Virus Epstein-Barr (EBV) sebagai virus yang menyebabkan infeksi mononukleosis melalui cairan tubuh. Penularannya melalui air liur atau bisa saja dari darah juga sperma dari kontak langsung dengan orang yang terinfeksi.
Berikut ini adalah beberapa aktivitas yang umumnya dapat meningkatkan pemicu risiko penularan mononukleosis kepada orang lain seperti:
- Berciuman dengan orang yang terinfeksi
- Memakai sikat gigi yang sudah terpakai oleh orang yang terinfeksi
- Berbagi peralatan makan atau minum tanpa mencucinya terlebih dahulu
- Berada dekat orang yang terinfeksi ketia ia batuk atau bersin
- Tentunya melakukan hubungan sesksual
- Bahkan transplantasi dari organ orang yang terinfeksi
Ketika seorang tertular virus EBV dari air liur orang yang terinfeksi, infeksi virus EBV ini akan masuk ke dalam tubuh, dan akan menginfeksi permukaan dinding sel tenggorokan.
Berikut kami coba beri tahu beberapa kelompok orang yang rentan terhadap virus mononukleosis, yaitu:
- Orang dengan rentang usia 15 sampai 30 tahun, karena pada usia ini biasanya mempunyai banyak aktivitas sosial, sehingga banyak melakukan kontak langsung dengan orang lain.
- Perawat dan dokter, tentunya profesi ini rentan terhadap berbagai macan penyakit termasuk terinfeksi virus EBV ini.
- Orang yang mengonsumsi obat imunosupresif.
Bagaimana Gejala Akibat Virus Ini?
Orang yang telah terinfeksi virus Epstein-Barr (EBV) gejala yang sering muncul tidak jauh berbeda dengan gejala flu pada umumnya bahkan hampir sama, gejalanya seperti:
- Demam atau badan terasa panas tinggi hingga menggigil.
- Nyeri otot dan persendian.
- Mudah merasa lelah dan lemas.
- Nafsu makan berkurang.
- Sakit tenggorokan.
- Pembesaran kelenjar getah bening dengan rasa nyeri.
- Pembengkakan atau pembesaran amandel (tonsil).
- Sakit kepala.
- Mata bengkak dan terasa sakit.
- Dalam beberapa kasus ada pula ruam berupa bintik merah dan pembesaran hati serta limpa. Jika pembesaran ini terjadi, kemungkinan gejala selanjutnya yaitu muncul jaundice atau kulit yang berubah menjadi kuning.
Bagaimana Cara Pencegahannya?
Penyakit mononukleosis merupakan salah satu penyakit yang sulit dalam mencegahnya, karena virus EBV sangat mudah dalam penularan dan tidak menyadarinya. Contoh langkah efektif dalam pencegahanya dengan tidak melakukan kontak langsung dengan orang yang sedang terinfeksi.
Tindakan tersebut dapat dengan cara sebagai berikut:
- Hindari berciuman dengan penderita atau orang yang sedang mengalami gejala mononukleosis.
- Jangan saling berbagi atau meminjam sikat gigi dan peralatan makan atau minum dengan prang yang terinfeksi.
- Menjaga jarak dengan orang yang hendak melakukan batuk atau bersin.
- Konsultasikan kondisi kesehatan anda dengan dokter jika mengalami gejala gejala yang mengindikasikan virus EBV ini.
Pengobatan Mononukleosis
Untuk saat ini belum ada terapi spesifik untuk melakukan pengobatan penyakit menular mononukleosis. Penyakit ini juga dapat sembuh dengan sendirinya yang membutuhkan waktu beberapa minggu dengan cara:
- Istirahat yang cukup agar meningkatnya imunitas tubuh untuk membantu melawan virus.
- Hindari aktivitas yang membutuhkan banyak tenaga.
- Perbanyak mengkonsumsi yang dapat menambahkan cairan tubuh untuk meredakan demam dan sakit pada tenggorokan.
- Kompres dengan air dingin atau hangat agar dapat meredakan demam juga pegal serta nyeri otot.
- Berkumur dengan air hangat atau garam untuk meredakan sakit tenggorokan.
Pada beberapa kasus, infeksi mononukleosis berbarengan dengan infeksi bakteri sekunder sehingga membutuhkan terapi antibiotik. Obat tersebut diberikan untuk meredakan rasa sakit dan deman seperti obat paracetamol atau obat ibuprofen.
Baca juga : Neurodermatitis – Penyebab, Gejala dan Pengobatan