bahaya gonore pada ibu hamil
Bahaya Gonore pada Ibu Hamil dan Bayi Baru Lahir
14 Desember 2023
infeksi jamur kelamin pria
Infeksi Jamur Pada Kelamin Pria
8 Januari 2024

Infeksi sifilis atau raja singa termasuk dalam penyakit menular seksual yang penyebabnya karena infeksi bakteri Treponema Pallidum. Bakteri penyebab sifilis mampu menyerang berbagai organ dan menunjukkan berbagai gambaran klinis.

Menurut data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kurang lebih terdapat 10 hingga 12 juta kasus sifilis seluruh dunia setiap tahunnya.

Penyakit ini dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan, terutama bagi ibu hamil. Dalam artikel ini, kita akan membahas secara mendalam tentang bahaya penyakit sifilis pada ibu hamil, dampaknya terhadap kehamilan, dan pencegahannya.

Penularan Infeksi Sifilis

Ada beberapa cara penularan dari penyakit sifilis ini, yaitu:

Hubungan seksual

Sifilis dapat menular melalui hubungan seksual dengan orang yang terinfeksi. Pada ibu hamil, penyakit ini dapat berisiko tinggi karena dapat menular kepada janin dalam kandungan.

Kontak langsung

Penyakit sifilis dapat menular melalui jarum suntik, transfusi darah, dan penularan dari ibu ke janin. Penyakit ini dapat menyerang ibu hamil dan seringkali tidak menunjukkan gejala.

Transmisi vertikal

Lebih dari 90% anak yang terinfeksi sifilis tertular dari ibunya. Ibu hamil yang terinfeksi sifilis berpotensi menularkan penyakit ini kepada janin melalui plasenta. Terutama jika kondisi ini tidak mendapatkan pengobatan dan terjadi pada rentang usia kehamilan 14-27 minggu.

Faktor Resiko Penularan dari Ibu ke Bayi

Selama tidak terdapat lesi atau luka pada sekitar jalan lahiran, ibu hamil yang menderita infeksi sifilis boleh saja lahir pervaginam.

Faktor ibu

  • Masalah pada payudara seperti puting lecet, mastitis, dan abses payudara dapat meningkatkan risiko penularan melalui pemberian ASI.
  • Berat badan rendah dan kekurangan zat gizi, terutama protein, vitamin, dan mineral selama kehamilan, dapat meningkatkan risiko ibu terkena penyakit infeksi.
  • IMS selama kehamilan seperti infeksi sifilis, infeksi organ reproduksi, malaria, dan tuberkulosis.

Faktor bayi

  • Risiko penularan dapat lebih besar jika bayi memiliki luka pada mulutnya menyusui.
  • Periode pemberian ASI juga menjadi pertimbangan, risiko penularan melalui pemberian ASI tanpa pengobatan berkisar antara 5-20%.
  • Bayi yang lahir prematur atau memiliki berat lahir rendah memiliki rentan yang lebih tinggi terhadap penularan sifilis karena sistem organ dan kekebalan tubuh mereka belum sepenuhnya berkembang.

Faktor tindakan obstetrik

Risiko penularan sifilis dari ibu ke anak semakin tinggi terjadi saat proses persalinan, karena tekanan pada plasenta meningkat, memungkinkan terjadinya kontak antara darah ibu dan darah bayi.

Selain itu, bayi juga terpapar dengan darah dan lendir ibu pada jalan lahir. Peningkatan penularan terjadi karena:

  • Persalinan normal
  • Lamanya proses persalinan
  • Ketuban pecah lebih dari 4 jam
  • Tindakan episiotomi, ekstraksi vakum, dan forsep

Gejala Sifilis yang Muncul

Gejala sifilis kongenital dapat terlihat sejak bayi baru lahir hingga usia 2 tahun, atau sebagai sifilis kongenital awal. Apabila gejala baru muncul setelah usia 2 tahun atau sebagai sifilis kongenital lanjut.

Pada sifilis kongenital awal, gejalanya dapat mencakup munculnya gelembung berisi cairan pada kulit bayi segera setelah lahir hingga bayi berusia 2 minggu. Cairan dalam gelembung tersebut umumnya sangat infeksius.

Untuk gejala lainnya melibatkan pembesaran organ hati, kekurangan sel darah merah, ketidakmampuan untuk menggerakkan lengan dan kaki, serta peradangan pada selaput otak.

Sementara itu, gejala sifilis kongenital lanjut umumnya muncul sebagai hasil dari sifilis kongenital awal seperti:

  • Bekas luka
  • Gangguan penglihatan atau pendengaran
  • Kerusakan pada tulang rawan hidung atau gigi seri

Baca juga: Gonore pada Ibu Hamil

Diagnosis Sifilis pada Ibu Hamil

Pemeriksaan laboratorium dengan pengambilan sampel darah pada ibu hamil sebaiknya melakukannya sesegera mungkin, terutama pada usia kehamilan 1-13 minggu.

Langkah ini bertujuan agar penanganan dapat segera melakukan untuk mengurangi risiko penularan, kecacatan, bahkan kematian pada janin. Penting untuk menjalani pemeriksaan ulang jika ibu hamil terdiagnosis menderita penyakit menular seksual lainnya selama masa kehamilan.

Bayi yang baru lahir, apabila terdapat kecurigaan terhadap infeksi sifilis perlu segera melakukan pemeriksaan. Seperti pemeriksaan darah untuk mendeteksi sifilis melalui plasenta.

Juga pemeriksaan fisik pada bayi untuk mencari gejala yang mungkin muncul pada organ tubuhnya. Pemeriksaan pada bayi juga mencakup rontgen tulang, pemeriksaan mata, dan pemeriksaan darah.

Bahaya Sifilis pada Kehamilan

bahaya sifilis pada ibu hamil

Sifilis pada ibu hamil dapat mengakibatkan keguguran, kelahiran prematur, atau bayi lahir dengan berat badan rendah.

Keguguran

Infeksi sifilis pada ibu hamil dapat meningkatkan risiko keguguran, terutama jika tidak mengobatinya dengan cepat. Bakteri yang menyebar melalui aliran darah dapat menyebabkan kerusakan pada plasenta dan menghambat perkembangan janin.

Lahir prematur

Bahaya lain dari infeksi sifilis juga dapat menyebabkan kelahiran prematur, di mana bayi dilahirkan sebelum mencapai usia kehamilan penuh. Hal ini dapat meningkatkan risiko komplikasi kesehatan pada bayi baru lahir.

Bayi dengan berat badan rendah

Ibu hamil yang terinfeksi sifilis memiliki risiko lebih tinggi melahirkan bayi dengan berat badan rendah. Bayi yang lahir dengan berat badan rendah memiliki risiko lebih tinggi terhadap infeksi, masalah pernapasan, dan komplikasi kesehatan lainnya.

Pencegahan Penularan Sifilis pada Ibu Hamil

sifilis pada ibu hamil

Program deteksi dini sifilis untuk ibu hamil dari pemerintah sudah tersedia dipuskesmas secara gratis. Disarankan pada ibu hamil untuk melakukan pemeriksaan sejak tiga bulan masa hamil atau trimester pertama.

Ibu hamil juga harus memperhatikan perilaku seksual yang sehat untuk mencegah penularan infeksi sifilis.

Pemeriksaan rutin

Wanita hamil sebaiknya menjalani pemeriksaan rutin untuk mendeteksi infeksi sifilis. Pemeriksaan darah dapat membantu mengidentifikasi adanya bakteri Treponema pallidum dalam tubuh.

Pengobatan dini

Jika ibu hamil terdiagnosis positif mengidap sifilis, pengobatan dini sangat penting. Pengobatan antibiotik yang tepat dapat membantu mencegah penularan kepada janin dan mengurangi risiko komplikasi kehamilan.

Edukasi tentang kesehatan seksual

Penting bagi calon orangtua untuk mendapatkan edukasi kesehatan seksual yang baik. Ini termasuk pengetahuan tentang penyakit menular seksual, cara penularannya, dan langkah-langkah pencegahan yang dapat diambil.

Konsultasi & Pemeriksaan dengan Klinik Raphael

Mengobati penyakit sifilis tidak disarankan untuk melakukannya sendiri di rumah terlebih pada ibu hamil. Walau Anda sudah mencari informasi tentang penanganan sifilis sendiri karena infeksi sifilis bisa saja berbeda pada seseorang.

Pengobatan sifilis memerlukan bantuan dan dampingan dokter kelamin terdekat. Dengan begitu pengobatan dapat dilakukan dengan tepat dan cepat untuk mencegah penularan ke bayi.

Hubungi Klinik Raphael Cikarang untuk mendapatkan pelayanan terbaik dalam mengatasi masalah infeksi sifilis demi kualitas hidup yang lebih sehat lagi.

Konsultasi online gratis untuk masalah pengobatan sifilis ini dengan dokter kami dengan mengklik gambar di bawah ini.

konsultasi dokter online gratis
Konsultasi dokter online gratis

Sumber:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

X
konsultasi dokter
klinik gonore terdekat