Infeksi sifilis atau raja singa termasuk dalam penyakit menular seksual yang penyebabnya karena infeksi bakteri Treponema Pallidum. Bakteri penyebab sifilis mampu menyerang berbagai organ dan menunjukkan berbagai gambaran klinis.
Menurut data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kurang lebih terdapat 10 hingga 12 juta kasus sifilis seluruh dunia setiap tahunnya.
Penyakit ini dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan, terutama bagi ibu hamil. Dalam artikel ini, kita akan membahas secara mendalam tentang bahaya penyakit sifilis pada ibu hamil, dampaknya terhadap kehamilan, dan pencegahannya.
Daftar Isi
Ada beberapa cara penularan dari penyakit sifilis ini, yaitu:
Sifilis dapat menular melalui hubungan seksual dengan orang yang terinfeksi. Pada ibu hamil, penyakit ini dapat berisiko tinggi karena dapat menular kepada janin dalam kandungan.
Penyakit sifilis dapat menular melalui jarum suntik, transfusi darah, dan penularan dari ibu ke janin. Penyakit ini dapat menyerang ibu hamil dan seringkali tidak menunjukkan gejala.
Lebih dari 90% anak yang terinfeksi sifilis tertular dari ibunya. Ibu hamil yang terinfeksi sifilis berpotensi menularkan penyakit ini kepada janin melalui plasenta. Terutama jika kondisi ini tidak mendapatkan pengobatan dan terjadi pada rentang usia kehamilan 14-27 minggu.
Selama tidak terdapat lesi atau luka pada sekitar jalan lahiran, ibu hamil yang menderita infeksi sifilis boleh saja lahir pervaginam.
Risiko penularan sifilis dari ibu ke anak semakin tinggi terjadi saat proses persalinan, karena tekanan pada plasenta meningkat, memungkinkan terjadinya kontak antara darah ibu dan darah bayi.
Selain itu, bayi juga terpapar dengan darah dan lendir ibu pada jalan lahir. Peningkatan penularan terjadi karena:
Gejala sifilis kongenital dapat terlihat sejak bayi baru lahir hingga usia 2 tahun, atau sebagai sifilis kongenital awal. Apabila gejala baru muncul setelah usia 2 tahun atau sebagai sifilis kongenital lanjut.
Pada sifilis kongenital awal, gejalanya dapat mencakup munculnya gelembung berisi cairan pada kulit bayi segera setelah lahir hingga bayi berusia 2 minggu. Cairan dalam gelembung tersebut umumnya sangat infeksius.
Untuk gejala lainnya melibatkan pembesaran organ hati, kekurangan sel darah merah, ketidakmampuan untuk menggerakkan lengan dan kaki, serta peradangan pada selaput otak.
Sementara itu, gejala sifilis kongenital lanjut umumnya muncul sebagai hasil dari sifilis kongenital awal seperti:
Baca juga: Gonore pada Ibu Hamil
Pemeriksaan laboratorium dengan pengambilan sampel darah pada ibu hamil sebaiknya melakukannya sesegera mungkin, terutama pada usia kehamilan 1-13 minggu.
Langkah ini bertujuan agar penanganan dapat segera melakukan untuk mengurangi risiko penularan, kecacatan, bahkan kematian pada janin. Penting untuk menjalani pemeriksaan ulang jika ibu hamil terdiagnosis menderita penyakit menular seksual lainnya selama masa kehamilan.
Bayi yang baru lahir, apabila terdapat kecurigaan terhadap infeksi sifilis perlu segera melakukan pemeriksaan. Seperti pemeriksaan darah untuk mendeteksi sifilis melalui plasenta.
Juga pemeriksaan fisik pada bayi untuk mencari gejala yang mungkin muncul pada organ tubuhnya. Pemeriksaan pada bayi juga mencakup rontgen tulang, pemeriksaan mata, dan pemeriksaan darah.
Sifilis pada ibu hamil dapat mengakibatkan keguguran, kelahiran prematur, atau bayi lahir dengan berat badan rendah.
Infeksi sifilis pada ibu hamil dapat meningkatkan risiko keguguran, terutama jika tidak mengobatinya dengan cepat. Bakteri yang menyebar melalui aliran darah dapat menyebabkan kerusakan pada plasenta dan menghambat perkembangan janin.
Bahaya lain dari infeksi sifilis juga dapat menyebabkan kelahiran prematur, di mana bayi dilahirkan sebelum mencapai usia kehamilan penuh. Hal ini dapat meningkatkan risiko komplikasi kesehatan pada bayi baru lahir.
Ibu hamil yang terinfeksi sifilis memiliki risiko lebih tinggi melahirkan bayi dengan berat badan rendah. Bayi yang lahir dengan berat badan rendah memiliki risiko lebih tinggi terhadap infeksi, masalah pernapasan, dan komplikasi kesehatan lainnya.
Program deteksi dini sifilis untuk ibu hamil dari pemerintah sudah tersedia dipuskesmas secara gratis. Disarankan pada ibu hamil untuk melakukan pemeriksaan sejak tiga bulan masa hamil atau trimester pertama.
Ibu hamil juga harus memperhatikan perilaku seksual yang sehat untuk mencegah penularan infeksi sifilis.
Wanita hamil sebaiknya menjalani pemeriksaan rutin untuk mendeteksi infeksi sifilis. Pemeriksaan darah dapat membantu mengidentifikasi adanya bakteri Treponema pallidum dalam tubuh.
Jika ibu hamil terdiagnosis positif mengidap sifilis, pengobatan dini sangat penting. Pengobatan antibiotik yang tepat dapat membantu mencegah penularan kepada janin dan mengurangi risiko komplikasi kehamilan.
Penting bagi calon orangtua untuk mendapatkan edukasi kesehatan seksual yang baik. Ini termasuk pengetahuan tentang penyakit menular seksual, cara penularannya, dan langkah-langkah pencegahan yang dapat diambil.
Mengobati penyakit sifilis tidak disarankan untuk melakukannya sendiri di rumah terlebih pada ibu hamil. Walau Anda sudah mencari informasi tentang penanganan sifilis sendiri karena infeksi sifilis bisa saja berbeda pada seseorang.
Pengobatan sifilis memerlukan bantuan dan dampingan dokter kelamin terdekat. Dengan begitu pengobatan dapat dilakukan dengan tepat dan cepat untuk mencegah penularan ke bayi.
Hubungi Klinik Raphael Cikarang untuk mendapatkan pelayanan terbaik dalam mengatasi masalah infeksi sifilis demi kualitas hidup yang lebih sehat lagi.
Konsultasi online gratis untuk masalah pengobatan sifilis ini dengan dokter kami dengan mengklik gambar di bawah ini.
Sumber: