kanker kulit
Kanker Kulit, Jenis dan Faktor Resiko Penyebabnya
14 Februari 2023
Suppositoria Vagina
Cara Menggunakan Suppositoria Vagina dengan Benar
1 Maret 2023

Vulvitis adalah terjadinya peradangan pada vulva yang disertai dengan rasa gatal dan juga perih di area kemaluan wanita. Penjelasan tentang vulva yaitu lipatan kulit pada bagian luar organ vagina. Vulvitis umumnya, bukanlah suatu kondisi yang serius dan dapat terjadi pada wanita dari semua usia.

Meskipun demikian, vulvitis bisa saja menjadi gejala dari penyakit ataupun kondisi medis yang lainnya seperti adanya infeksi dan juga iritasi. Vulva sendiri berbeda dengan vagina, vulva ialah bagian paling luar dari sistem reproduksi wanita.

Organ ini tentunya terdiri dari vagina, labia mayora, labia minora dan juga klitoris. Sedangkan itu vagina sendiri merupakan saluran yang lebih dalam dan terletak setelah vulva.

Penyebab Terjadinya Vulvitis

Perlu diketahui bahwa penyakit vulvitis ini dapat saja disebabkan oleh berbagai kondisi yang dapat mengiritasi vulva, diantaranya:

Infeksi pada vulva

Infeksi pada vulva dapat terjadi akibat ifneksi bakteri, virus ataupun jamur. Beberapa penyakit yang dapat menginfeksi vulva ialah herpes genital, kutil kelamin, candidiadi vulvoginal, kudis dan juga kutu kemaluan.

Iritasi pada vulva

Iritasi juga dapat terjadi karena mengenakan pakaian dalam yang tidak menyerap keringat. Bisa juga setelah melakukan aktivitas tertentu seperti berenang pada kolam renang umum yang mengandung klorin, bersepeda ataupun menunggang kuda.

Beberapa produk pada area kelamin dan dapat menyebablan terjadinya iritasi dan juga peradangan pada vulva, seperti:

  • Tisu toilet
  • Pembalut
  • Sabun mandi yang mengandung parfum
  • Spermisida ataupun semprotan organ intim

Penyakit kulit

Penyakit kulit yang bisa menyebabkan terjadinya vulvitis seperti psoriasis, lichen sclerosus dan lichen planus juga dapat menyerang vulva.

Estrogen rendah

Vulvitis juga dapat terjadi akibat rendahnya kadar hormon estrogen dalam tubuh. Kondisi ini umumnya terjadi pada anak perempuan yang belum mengelami pubertas serta juga pada wanita yang telah menopause.

Vulvodinia

Wanita yang menderita vulvodinia dapat saja mengalami keluhan seperti sensasi terbakar, tertusuk ataupun panas pada vagina dan juga vulva.

Keluhan ini bisa saja muncul secara tiba-tiba atau bisa berlangsung terus-menerus dalam hitungan bulan ataupun tahunan. Kondisi vulvodinia sering kali terjadi tanpa adanya penyebab yang pasti.

Kanker vulva

Bisa dengan keluhan seperti benjolan, luka dan juga radang vulva. Kanker vulva sendiri jarang terjadi. Pada umumnya, kondisi ini menyerang wanita usia >60 tahun.

Penggunaan obat-obatan

Obat-obatan tertentu, seperti suplemen hormon dan juga obat-obatan antiansietas, dapat saja menyebabkan kekeringan pada vagina yang dapat memicu terjadinya vulvitis.

Penggunaan antibiotik dalam jangka panjang juga dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi pada vagina ataupun vulva.

Kurangnya kebersihan vulva

Kebiasaan tidak menjaga kebersihan kulit pada vulva dan juga area sekitarnya. Seperti tidak mengganti pembalut ataupun pakaian dalam secara rutin, membiarkan vulva dalam kondisi yang lembab terlalu lama tanpa menggantinya.

Faktor risiko terhadap infeksi ini

vulvitis

Peradangan atau inflamasi pada vulva penyebabnya oleh berbagai faktor seperti infeksi, cedera, reaksi alergi atau bisa iritasi. Walaupun dapat kemungkinan dapat terjadi pada wanita dari semua usia namun, risiko terjadinya vulvitis lebih tingga pada wanita yang memiliki riwayat kesehatan seperti berikut ini:

  • Diabetes
  • Kulit yang sensitif
  • Gangguan mental
  • Inkontinensia urine
  • Daya tahan tubuh melemah atau adanya gangguan imunodefisiensi
  • Perimenopause atau periode yang akan memasuki masa menopause

Gejala jika mengalami vulvitis

Gejala vulvitis umumnya sangat bervariasi, tergangtung pada penyebab terjadinya vulvitis. Berikut ini merupakan beberapa gejala yang umum terjadi pada penderita vulvitis:

  • Rasa gatal yang berlebihan pada alat kelamin
  • Terdapat cairan keputihan yang tidak seperti biasanya
  • Sensasi seperti terbakar dan juga kulit pecah-pecah pada vulva
  • Kulit vulva yang bersisik dan juga menebal
  • Bengkak dan kemerahan pada labia dan vulva
  • Benjolan yang berisi cairan pada vulva

Cara mendiagnosis penyakit vulvitis

Pada tahap awal, kemungkinan dokter akan melakukan tanya jawab mengenai gejala pada pasien, riwayat kesehatan dan kebiasaan pasien dalam menjaga kebersihan area kelamin.

Selanjutnya dokter akan memeriksa area panggul dan juga kelamin pasien, untuk tanda-tanda vulvitis seperti adanya ruam kemerahan, bengkak, benjolan ataupun luka pada vulva.

Jika perlu, umumnya dokter akan melakukan tes darah, tes urine dan pap smear guna untuk mendeteksi penyebab yang lebih serius, seperti peradangan, infeksi ataupun kanker. Selain itu juga, dokter akan menjalankan tes alaergi untuk mendiagnosis dermatitis kontak.

Pada beberapa kasus, kemungkinan dokter akan melakukan biopsi, yaitu pengambilan sampel jaringan vulva untuk diperiksakan ke laboratorium.

Komplikasi vulvitis

Segera tangani jika Anda merasakan gejala-gejala terkait penyakit vulvitis ini, karena jika tidak dapat menyebabkan gejala yang lebih parah lagi, seperti:

  • Gangguan pola tidur akibat adanya rasa gatal pada organ intim
  • Gangguan psikoseksual akibat rasa cemas dan juga gangguan psikologis lainnya
  • Adanya nyeri ketika berhubungan intim (dispareunia)

Pencegahan penyakit ini

Hai moms, penyakit vulvitis sendiri dapat mencegah dengan menghindari faktor-faktor yang dapat memicu risiko terjadinya kondisi ini. Beberapa upaya yang dapat Anda lakukan untuk mencegah vulvitis, antara lain:

  • Menjaga area vagina dan juga bulva untuk tetap kering, bersih dan juga sejuk, terutama ketika sedang menstruasi dan setelah buang air kecil.
  • Membersihkan dan mengeringkan area sekitar vagina dan juga perianal dengan cara menepuk-nepuknya secara lembut menggunakan handuk yang bersih dan tidak menggosoknya.
  • Mengenakan pakaian dalam yang berbahan katun dan tidak mengenakan celana yang berbahan kasar dan juga terlalu ketat.
  • Tidak menggunakan sabun pembersih kewanitaan.
  • Tidak memakai kondom yang dilumasi oleh spermisida.

Jika mengalami gejala seperti yang telah disebutkan diatas, maka disarankan untuk segera melakukan pemeriksaan lebih lanjut ke dokter kelamin. Pemeriksaan perlu dilakukan untuk mencari tahu apakah gejala yang dialami tersebut disebabkan oleh vulvitis atau gangguan kesehatan lainnya.

klinik Pengobatan gonore
Telepon Klinik kelamin Raphal

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

X
konsultasi dokter
klinik kelamin cikarang